Coffee Kulture merupakan coffee shop yang berada di Jakarta Utara
tepatnya di daerah Pluit. Tempat yang digunakan oleh Coffee Kulture saat ini
dulunya merupakan restaurant yang digantikan dengan Coffee Kulture sejak
Februari tahun 2014 ini. Setiap weekdays Coffee
Kulture buka dari jam 11 siang sampai dengan jam 11 malam, sedangkan untuk weekend Coffee Kulture buka dari jam 11
siang sampai dengan jam 12 malam. Coffee Kulture memiliki pelayan sebanyak 5
staff , dan bartender sebanyak 3
orang dan ingin menambah 1 orang lagi untuk bartender
di Coffee Kulture.
“Ini sebernya rumah lama yang dulunya
restaurant, terus kita buat konsep baru dengan coffee kulture ini tanpa
menghilangkan unsur rumah ini supaya orang yang dateng tetap merasa homey” –
Pak Franky
Konsep yang digunakan oleh Coffee Kulture
adalah vintage dimana tempat yang digunakna merupakan rumah lama yang ingin
dibuat modern namun tidak menghilangkan unsur rumah, pihak management ingin
para pengunjung merasa nyaman dengan Coffee Kulture dengan merasa homey dan
cozy. Sedangakan experience yang ingin ditawarkan kepada pelanggan adalah
Coffee Kulture ingin mengajarkan tentang coffee kepada para pelanggan yang datang
dengan cara saat konsumen mau memesan dan bertanya tentang kopi yang akan
dipesan, pelayan akan memberikan penjelasan tentang kopi tersebut, dengan
bertanya kepada konsumen tingkat kepaitan dan sebagainya dan menjelaskan kopi
yang ada di Coffee Kulture.
"jadi kita pengen ngajarin ke konsumen tentang coffee, kaya gimana cara minum kopi yang bener, jenis-jenis kopi yang ada..."
Sehingga dapat dikatakan Coffee Kulture menggunakan
konsep homey.
- Comfort :
Coffee Kulture membuat konsep vintage dengan tetap menggunakna unsur rumah
agar para pelanggan yang datang tetap merasa nyaman seperti di rumah
sendiri dan relax saat berada di coffee shop ini.
- Social
Interaction dan Bonding: Para pelayan yang ada di Coffee Kulture sangat
ramah dengan para pelanggan yang datang, mereka menjelaskan jenis-jenis
kopi yang ada di coffee kulture, selain itu para karyawan dan manager pun
mengajak berbicara para pelanggan yang datang ke coffee kulture, sehingga
membangun kedekatan antar pelanggan dan pihak management coffee kulture.
“Pertama kita pasang spanduk yang gede
disana tuh, terus lemparin brosur ke rumah-rumah. Karena kalo pake iklan di TV
itu harganya udah mahal, kalo mau masuk majalah media kawasan sini juga belum
tentu di baca, kalo pake brosur kan kita lempar sekali dibiarain, dua kali
dibiarin, tiga kali kan akhirnya dibaca juga”
Untuk memperkenalkan Coffee Kulture kepada
masyarakat daerah Jakarta dan sekitarnya, Coffee Kulture menggunakan kegiatan
marketing dengan cara membagikan brosur ke rumah-rumah di daerah sekitar Pluit,
memasang spanduk di jalan-jalan sekitar daerah Pluit. Selanjutnya Coffee
Kulture melakukan promosi seperti discount
student card, EF card kepada para
pelanggan, karena anak sekolah/mahasiswa merupakan target market Coffee
Kulture. Pelanggan yang datang ke Coffee Kulture berasal dari berbagai kalangan
mulai dari mahasiswa untuk mengerjakan tugas, pelajar, keluarga, dan orang
untuk berbisnis.
Harga yang ditawarkan untuk makanan dan
minuman di Coffee Kulture cukup terjangkau mulai dari 18.000 sampai dengan
45.000 untuk minumannya, Coffee Kulture juga menyediakan makanan untuk para
pelanggannya.
Sekarang ini coffee shop semakin berkembang khususnya di daerah Jakarta,
terdapat hal-hal yang membedakan antara Coffee Kulture dengan coffee shop lainnya yaitu;
1.
Quality
2.
Serve
3.
Standard
Jika dilihat dari service blueprint diatas, ada beberapa fail point yang bisa terjadi. Pertama
pada memasukan data ke komputer, karena apabila pelayan salah memasukan data
maka pesanan yang dipesan bisa salah, selain pada titik itu fail point juga dapat terjadi di saat penghitungan bill apabila kasir salah
menghitung bill maka bill yang diberikan kepada konsumen akan salah.
Salah seorang pelanggan
yang dijumpai bernama Michelle, menceritakan pengalaman pertamanya mengunjungi
Coffee Kulture. Saat pertama kali ingin mengunjungi Coffee Kulture yang ada
dipikirannya adalah tempatnya berada di dalam ruko, dan ternyata tempatnya
tidak berada di dalam ruko dan menurutnya Coffee Kulture merupakan tempat yang
nyaman.
“Pas pertama mau kesana
mikirnya kaya tempatnya ini di ruko, tapi pas sampe ternyata enggak di ruko
gitu dan ternyata tempatnya nyaman kaya homey buat ngumpul-ngumpul”
Mengunjungi Coffee Kulture
menjadikan memorable experience untuknya
karena ia pergi bersama dengan teman-temannya, namun menurutnya Green tea yang
dipesannya menjadi salah satu point minus untuk Coffee Kulture karena rasanya yang
pait. Untuk kedepannya Michelle mau mengunjungi Coffee Kulture ini.
Makanan
|
7
|
Tempat
|
8
|
Minuman
|
7
|
Service
|
9
|
Jika dilihat antara apa yang ingin
diberikan oleh management Coffee Kulture kepada konsumen yaitu kesan nyaman
seperti rumah dan ingin mengajarkan tentang coffee kepada pelanggannya dengan
apa yang didapatkan oleh konsumen tidak ada gap karena apa yang ingin diberikan
dengan apa yang didapatkan oleh konsumen selaras.
No comments:
Post a Comment